RAPBD DKI 2008 Anti Rakyat Miskin
Jakarta, myRMnews. Ketua DPW Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DKI Jakarta Triwicaksana menilai Rancangan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (RAPBD) tahun 2008 yang disusun Pemprov DKI tidak berpihak kepada rakyat.
“RAPBD DKI turun Rp 200 miliar, tetapi ada kenaikan belanja pegawai angkanya mencapai Rp 1 triliun. Dengan begitu, kemungkinan besar akan ada pos sosial yang berkurang, minimal tidak ada perbaikan anggaran,” kata Triwicaksana dalam pers realese yang diterima redaksi Rakyat Merdeka, kemarin.
Sementara itu, kata Triwicaksana, kebutuhan anggaran pos sosial sangat dibutuhkan, karena jumlah angka kemiskinan di Ibukota meningkat.
Lelaki lulusan Birmingham Univeristy itu mengaku sudah menginstruksikan kepada anak buahnya di Kebon Sirih untuk menolak anggaran Pemprov DKI yang tidak pro rakyat.
“Masalahnya, Pemprov DKI sering terlambat mengajukan RAPBD,” imbuhnya.
Dalam kesempatan itu, pria yang akrab disapa Sani ini menilai Fauzi Bowo Cs, tidak kreatif untuk meningkatkan pendapatan daerah. Pasalnya, 90 persen PAD DKI di dapat dari punggutan pajak.
Menurutnya, peluang untuk meningkatkan PAD sebenarnya terbuka lebar. Misalnya, menggandeng investor dari Timur Tengah untuk terlibat dalam pembangunan di Jakarta, karena Timur Tengah saat ini kebanjiran dana seiring sedang mahalnya harga minyak dunia. “Saya geregetan, Pemprov DKI tidak jeli,” imbuhnya.
Hal serupa juga disoroti oleh anggota Fraksi PDIP M Nakoem. Menurutnya, dalam RAPBD DKI 2008 tidak ada anggaran operasional untuk tim penggerak posyandu dan para jumantik di DKI.
“Padahal mereka ini sangat penting guna meningkatkan kesehatan warga Ibukota. Tanpa ada dana atau tunjangan operasional, mana mungkin mereka bisa berjalan,” kata Nakoem kepada wartawan baru-baru ini.
Padahal, tambah Nakoem, tugas mereka juga sama beratnya dengan pengurus RT dan RW yang saat ini sudah mendapat dana operasional dari APBD DKI.
Nakoem pun mengusulkan, agar anggaran yang dialokasikan untuk Pekan Olahraga Nasional (PON) yang cukup besar bisa dikurangi dan dipindahkan untuk tunjangan operasional petugas posyandu dan para jumantik.
“Saya kira ini jalan tengah agar anggaran ini bisa dialokasikan lebih banyak bagi warga miskin di bidang kesehatan. Jika tidak maka RAPBD ini tidak berpihak kepada wong cilik,” tandasnya. rm
Sabtu, 15 Desember 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar